Sabtu, 19 Mei 2012

~" SEMANGAT JIWA-JIWA SOSIAL KEMANUSIAAN "~

Puluhan jejak-jeka kaki yang terlihat dari bilik ruas jalan
Dibawah sinar terik matahari
Ubun-ubun kepala terkuliti oleh panas
Namun mereka tak surut

Dititik-titik itu mereka bergumam dalam teriakan
Membawa onggahan kardus
lalu menyodorkan kebilik-bilik jiwa manusia yang melintas
Semangatnya sangat menggebu

Mereka bergegar dalam nestapa
Merambah keseluruh tulang-tulang semangatnya yang berkobar
Rutinitasnya rela ditanggalkan
Demi penggalangan dana penderita hydrocephalus

Mereka adalah panji-panji berkemayu
Journalis dan mahasiswa yang sadar
Menapaki ruas-ruas jalan itu
Memohon bantuan dan do'a

Wahai jiwa-jiwa sosial kemanusiaan
Kalian adalah pahlawan
Harap dan pinta kalian diijabah olehnya
Dan, kalian pantas dibanggakan

Wahai jiwa-jiwa sosial kemanusiaan
Disana mungkin banyak yang bercemoh
Namun semangat tak ubah seperti baja
Kalian pun pantas diteladani

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, sabtu 19 Mei 2012, Pukul 14:57 Wita.

Jumat, 18 Mei 2012

~" MENIKMATI SECERCAH MENTARI PAGI "~

Aku yang duduk bersama pagi
Dideretan waktu yang berputar
Melingkar dan merambah kesinar mentari
Melintasi embun yang bergeletar di puncuk-puncuk bukit

Hawa-hawa dingin melekat pekat
Lalu aku memandang langit nan indah
Menikmati ciptaan Sang Maha Pemurah
Sungguh sangat indah

Meskipun belum mencetuskan teriknya
Namun sangat menghibur jiwa yang sunyi
Auranya semerbak menyinari relung jiwa
Hingga bergegar dalam cemohan hati

Oohhw Sang pencipta mentari dan alam
Kujinjing naluri ditepi sengatannya
Mendenting dalam hantaman sepi
Hingga secercah pagi ini tetap menggelayut

Oohhw Sang pencipta mentari pagi
Letih dan penat berkemayu
Didasar-dasar tubuh yang siap beraktifitas
Tapi, aku berharap hatiku kan secerah mentari

Kunikmati cercahan mentari itu
Riuhkan semangat hati hati yang sunyi
Membangunkan jiwa-jiwa sepi
Menukik nikmat sang pencipta mentari

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Sabtu 19 Mei 2012, Pukul 08:17 Wita.

Kamis, 17 Mei 2012

~" RINTIK HUJAN YANG MENGGERUTU "~

Butir-butir bening mencair
Kembali jatuh serentak keperut bumi
Tepat dipenghujung jumat hari ini
Dan banyak yang lalai dari ibadah wajib 

Berdengkung dalam denting bercucuran
Butir-butir cair itu adalah rintik
Sungguh Rintik itu adalah hujan-hujan kecil]
Namun riuh berkecamuk dan marah

Aku tak tahun apa sebabnya ia marah dan mengomel
Rintik-rintik hujan itu terasa menggerutu
Mungkin karena banyak manusia yang lalai
Mungkin juga karena kemalasan ibadah

Aku dan merka, manusia disini bersama rintik-rintik itu
Kudengar omelannya mengoyak atap-atap rumah
Padahal ia hanya butiran-butiran cair
Tapi suaranya membising menggerutu

Oohw sang pencipta rintik hujan
Apakah ini pertandah kecaman bagi para manusia
Ataukah pertanda elok nikmatmu
Hingga rintik-rintik hujan itu masih menggerutu

Aku tak tahu jawabannya
Aku tak tahu apa sebabnya
Aku tak tahu apa maksudnya
Sungguh butir-butir cair itu tetap menggerutu

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Jumat 18 Mei 2012, Pukul 14:19 Wita.

Senin, 14 Mei 2012

~" MAMUJU DIPAGI HARI "~

Kulihat sang mentari yang mulai tampak
Burung berkicau dikejauhan
Membising ditelingaku
Suara gemuruh para manusia yang sedang riuh

Kulihat juga disana banyak senyum dan tawa
Keceriaan menggelayut para manusianya
Bergegar dalam semangat
Dibayangi wajah-wajah alam

Kulihat juga embun digunung-gunung
Dingin menusuk tulang
Hawa-hawa melintas dilereng-lereng bukit
Sungguh pemandangan indah

Ohhw Mamuju indah
Dipagi hari manusianya beranjak
Menuju tempat-tempat aktifitas
Kembali gelar tugas-tugtas yang menjemput

Ohhw Mamuju indah
Dipagi ini manusianya dalam keriangan
Menggulai kerja dalam kegigihan
Sunggu beginilah mamuju dipagi hari

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Selasa 15 Mei 2012, Pukul 06:42 Wita.

~" RINDU DI RUANG HAMPA "~

Aku menyepi diruang-ruang kecil
Meneduh hati dilingkar-lingkar malam
Terasa melintasi kepenatan jiwa
Merambah malam yang semakin larut

Kutatap compang-camping tubuhku
Riuh menggumpal rasa
Rasa yang terus berkecamuk
Terkoyak oleh rasa rindu ditepi malam

Lunglai membalut relung hati
Menggelayut di kelopak-kelopak bintang
Mencercah bintang
Sembari meluapkan rasa pada hamparan-hamparan hampa

Sungguh ruang-ruang itu tak berdaya
Menggetarkan rasa-rasa sesak
Melayang-layang fikir
Tak tentu arah, mencemoh dan menggelitk jiwa

Wahai sang malam
bulan kian meredup
Tertutupi gelap-gelap malam
Dan, rasa rindu ini terus menggerogotiku diruang hampa

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Senin 14 Mei 2012, Pukul 00:01 Wita.

Minggu, 13 Mei 2012

~" BALADA SEPENGGAL RASA "~

Malam merambah perlahan disela-sela kaki langit
Disana terlihat awan mengitari waktu
Dalam intuisi menuju pelatup-pelatu cakrawala
Membentang keping-keping rasa

Aku masih mematut diri
Menjejaki rasaku yang semakin terkoyak
Dan, Ingatan menapaki relung-relung yang dalam
Sungguh itu yang kurasakan

Aku kaku menengadah kelangit tinggi
Padahal di sana bintang bertaburan
Aku biarkan malam mendekap semua rasa
Agar benih-benih itu terpelihara

Sungguh hening direlung jiwa
Menemaniku duduk bersandar bersama pekat malam
Lalu kuhelai nafas panjang
Menggelayut di kelopak sang bulan dan bintang

Sesak, bergetar, dan kaku terasa
Melintasi dada-dada kaku
Dan, kuyakin ini adalah rasa tak terbiasa
Sungguh, ini adalah sepenggal rasa

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Minggu 13 Mei 2012, Pukul 20:10 Wita.

~" AKU BERGUMUL DENGAN ALAM "~

Aku telisik ruang yang luas itu
Hamparan-hamparan tanah, pasir dan pepohonan menohok
Gunung-gunung bernafas
Awana-awan yang menari

Akupun diterpa angin-angin bergegar
Gemuruh suara air
Matahari yang panas menyengat
Menggelitik jiwa dalam sesak

Aku belajar menyatu dengannya
Banyak tantangan-tantangan menanti
Serapan letih dan jenuh menghantam
Menusuk jiwa dan alam fikir

Aku belajar menapakinya
Kurasakan kehangatan pelukan alam
Gemulai indahnya menggeruti relung jiwaku
Menggelayuti hawa-hawa panas dan dingin

Aku mulai bersahabat
Meski banyak terpaan lelah
Tapi aku sadar aku hidup didadanya
Dan, sungguh aku bergumul dengan alam

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Minggu 13 Mei 2012, Pukul 15:45 Wita.

Selasa, 08 Mei 2012

~" MENGEJAR MASA DEPAN "~

Dibilik relung akalku banyak cita-cita yang terfikir
Keinginan yang menjanjikan harapan besar
Mengejar dan ingin menggapainya
Maka kutapaki jalan menuju cita-cita itu

Kadang aku tak mampu bersua
Mungkin karena tak bisa dipastikan
Apakah bisa digapai
Namun, selalu kukejar untuk memastikannya

Hanya dasar optimis
Berlari dalam dekapan waktu
Menggegar semangat tak surut
Hanya dalam angan masa

Banyak yang menanggalkan
Hingga Kehancuran melandanya
Tapi aku, Tak akan berhenti
Hingga kuraih ia dimasa datang

Hanya karena keberanianku
Kutancapkan kegigihan
Kutingkatkan kemampuan
Hingga masa depan menjawab harapan yang kukejar

Azhari Belajar Nulis Puisi

~" SAAT KAU JAUH "~

Aku tak sanggup menggapaimu
Aku hanya bisa mencercah sang malam
Mungkin urung niat mencair
Menggelayut dalam gelap

Terbayang sosok indahmu
Teringat tutur lembutmu
Intuisi menyeretku kedalam lembah
Tapi bayang kenang berteriak

Apakah ini karena engkau yang sedang jauh?
Apakah ini karena engkau tak berada disisi?
Apakah ini penanda yang membilik sejarah?
Ataukah, malam sebagai pembatas

Mungkin benar
Saat ini aku hanya bisa mengukir malam
Karena dikegelapan larut mencekam
Tetap kenang saat kau jauh

Azhari Belajar Nulis Puisi

~" BUTIR-BUTIR HUJAN YANG TERKENANG "~

Butiran-butiran air itu terlihat jatuh kedaun-daun
Tepat berada dipinggir jalan menuju kota kecil
Jiwa mengenang
Namun, letih menggelayut

Kutatap sang cakrawala disore ini 
Mendung disana sini
Masih mengenang
Dan, otak mulai bergegar

Tetap kulihat ia bersama bayang-bayang waktu
Aku terganggu
Aku tak bisa menepis
Kenangan menguasai

Sebuah realita
Menganggu jiwa
Mengusik hati dalam kemunafikan
Sungguh sangat terkenang

Kulihat lagi butiran-butiran cair itu berjatuhan
Menerpa wajahku
Tapi rasa tetap mengenang
Sungguh sangat terkenang

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Selasa 08 Mei 2012, Pukul 15:58 Wita

Senin, 07 Mei 2012

~" DIBALIK MUNDURNYA DARI GOLKAR "~

Optimismenya sangat kuat
Ia berani nyatakan sikap
Sikap untuk hengkang 
Dari balik jiwa sang pemberani

Ia memang adalah politisi sejati
Kepekaan yang menggelegar
Keyakinan yang kokoh
Sungguh iapun peribadi yang komitmen

Sikapnya menusuk panji-panji sejawatnya
Mundurnya kagetkan se isi kota manakarra Sulawesi Barat
Berani memikul kesejatiannya
Sungguh memang ia politisi sejati

Banyak yang menyudutkannya
Mungkin juga menertawainya
Tapi, itulah komitmennya
Komitmen yang lahir dari relung jiwa kesejatiannya

25 tahun ia berada disana
Tepat dibilik sejarah
Ia dibesarkan dan membesarkannya
Namanya partai Golkar

Sungguh banyak pula yang mendukungnya
Karena kematangannya
Karena prinsipnya
Ia berani mundur dari medan pertempuran itu

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Senin 07 Mei 2012, Pukul 19:50 Wita.

~" REALITA KEHIDUPAN "~

Kulihat jompo-jompo tua sedang berjalan tak berbaju
Kurus hingga tinggal tulang
Terlihat ia yang belum dapat sesuap nasi
Sungguh sangat memiriskan hati

Kulihat balita yang tak punya susu
Buruk gizinya
Dan, Kehidupan orang tuanya memperihatinkan
Sungguh sangat memiriskan hati

Kulihat juga seorang ibu yang memakai pakaian sobek-sobek
Tidur dipinggir jalan
Dan, tidak diperhatikan oleh bansa ini
Sungguh sangat memriskan hati

Sementara itu, kulihat penguasa negeri ini
Tertawa riang dalam kebahagiaan
Tidak ada duka mereka rasakan
Sungguh sangat memalukan, karena mereka tak peka

Mungkin inilah paradoks kehidupan
Kesejahteraan yang dijanjikan tak terealisasi
Keadilan yang dipintanya tak diberikan
Hingga realita hidup berkata demikian

Kesengsaraan mereka pikul
Tenggorokan mereka keriag karena kemisikinan
Sementara yang lainnya bahagia karena keserakahan sejati
Lagi-lagi inilah wajah dan realita kehidupan bangsa

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Senin 07 Mei 2012, Pukul 15:00 Wita.

Rabu, 02 Mei 2012

~" IA TAK LAGI TERPUJI "~

Gubahan-gubahan katanya nampak tak bermoral
Tutur sapanya pun meredup kepada semua manusia
Sikap dan perilakunya tak terpuji
Mencerminkan, bahwa ia tak berpendidikan

Ia tak lagi peka
Ia tak lagi menggunakan naluri kebaikannya
Agama, Budaya, adat dan keberagaman tak lagi dihargai
Sungguh tak dihargainya

Aku tak tahu mengapa ia seperti itu
Aku tak tahu perubahan terjadi padanya
Tenggeran-tenggeran kalimat indah dulu pernah terukir
Terucap di hulu-hulu keramahannya

Aku tak tahu mengapa ia tinggalkan kebaikan
Aku tak tahu mengapa ia tak menghormati
Luapan emosi selalu terdepan pada dirinya
Egoismenya pun sering mewarnai tutur sapanya

Meskipun dulu ia begitu dicontoh
Meskipun dulu ia teladan bagi manusia yang lain
Meskipun dulu banyak yang mengaguminya
Namun kini, ia tak kurang dari sang iblis

Banyak yang mencercahnya
Banyak yang mengkerutkan dahinya jika dibicarakan
Hingga tak seorangpun yang ingin lagi berteman dengannya
Karena memang ia dan perilakunya tak terpuji

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Kamis 03 Mei 2012, pukul 08:04 Wita.

~" PAGI YANG MENDUNG "~


Pagi yang tak tampat tegar
Menyapa penghuni alam semsta
Disana sini terlihat tak ada awan
Dan ruang gelap yang menyelimuti

Jiwa dan hati terbayangt-bayangi oleh suasananya
Meredup dan mulai terkoyak
Terkoyak karena tak nampakkan kecerahan pagi
Sungguh sangat mengisahkan koyakan itu

Aku yang ingin jujur pada pagi
Dalam pendar-pendar do'a disudut kemendungan ini
Menggeliat ungkapan pujian
Menggegar alunan rasa rindu

Ohhw pagi yang mendung..
Begitu dingin hingga ke dada
Seksama kudengar alunan lagu
Yang berdendang abadi sejak sang mentari itu

Ohhw pagi yang mendung..
Apakah matahari tak bersinar lagi di balik awan?
Lalu ini pertanda ke-redupan hati?
Semoga ini tak merenggut kebahagiaan pagi

Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Kami 03 Mei 2012, pukul 06:37 Wita.