Kau mungkin hanyalah wanita "Polos" dimata banyak mata
Tapi bagiku, kau adalah wanita yang mempesona dibalik mataku
Wanita membuat tak habis imajinasi menyulut syairku menjadi kemayu
Wanita yang terus saja menjadi bait-bait kata dari deretan huruf-huruf bernyawa
Di mata banyak mata, dari orang-orang yang memataimu
Berfikir rendahan yang terus saja merendahkanmu
Tetapi bagiku, kau adalah sang putri dewi yang suci
Menyuci dalam bathin pemujaanku
Di mata mereka, mungkin kau adalah wanita miskin yang tak berdaya
Berfikir bodoh dan membodohimu
Tetapi bagiku, kau adalah wanita kaya
Yang memiliki banyak pengetahuan
Di mata mereka
Berbeda dengan mataku
Dimata hati merekapun,
Sangat berbeda dengan mata hatiku
Biarkan aku melukismu dalam syairku
Biarkan ku petik puisi nan kemayu lewat bathinmu
Biarkan aku mengukir ke-syahduhan kata-kataku melalui hela nafasmu
Sebab aku tahu, mereka berbeda caraku melihatmu
Ashari Rauf
Mamuju, Sulawesi Barat, 20 Agustus 2013.
Kamis, 22 Agustus 2013
~" KEMERDEKAAN ITU "~
Kemerdekaan itu,
Seperti anak-anak kecil yang berlari sambil bermain bergembira bersama dengan teman-teman seusianya
Tanpa sedikitpun beban
Kemerdekaan itu,
Seperti kumpulan ibu-ibu rumah tangga yang sedang asyik bercengkrama berbagi cerita suka
Tanpa sedikitpun beban
Kemerdekaan itu,
Seperti kumpulan-kumpulan pemuda yang sedang bersenang ria melihat cita-citanya di masa depan akan lebih baik
Kemerdekaan itu,
Seperti anak gadis yang kekasihnya setia kepadanya
Kemerdekaan itu,
Seperti pedagang di pasar yang jujur, yang jualannya laris habis dijajak oleh para pembeli
Tanpa sedikitpun beban
Kemerdekaan itu,
Adalah seperti petani yang sedang berbahagia memetik hasil taninya
Seperti para nelayan yang sedang menangkap ikan yang banyak di lauatan
Seperti para buruh yang upahnya sesuai dengan tetesan keringat yang mengalir ditubuhnya
Kemerdekaan itu,
Apabila tak ada lagi teriakan-teriakan disudut-sudut jalan oleh kupulan para demonstran
Apabila tak ada lagi aksi-aksi anarkis yang memakan korban
Kemerdekaan itu,
Apabila tak ada lagi tangan-tangan polos meminta-minta dipinggir jalan
Apabila tak ada lagi anak-anak kecil dibawah umur, yang tak berbaju dan berkaki telanjang
Kemerdekaan itu,
Apabila semua orang telah tertawa bahagia
Dan kembali percaya kepada bangsa
Kepada semua pemimpin-pemimpin negeri ini
Jika kau masih tak tahu tentang kemerdekaan itu,
Kesinilah, kuajari kau tentang kemerdekaan itu
Kukibarkan sang saka merah putih, lalu diterpa oleh angin dari semua sudut arah angin
Azhari Rauf.
Mamuju, Sulawesi Barat, 17 Agustus 2013.
Seperti anak-anak kecil yang berlari sambil bermain bergembira bersama dengan teman-teman seusianya
Tanpa sedikitpun beban
Kemerdekaan itu,
Seperti kumpulan ibu-ibu rumah tangga yang sedang asyik bercengkrama berbagi cerita suka
Tanpa sedikitpun beban
Kemerdekaan itu,
Seperti kumpulan-kumpulan pemuda yang sedang bersenang ria melihat cita-citanya di masa depan akan lebih baik
Kemerdekaan itu,
Seperti anak gadis yang kekasihnya setia kepadanya
Kemerdekaan itu,
Seperti pedagang di pasar yang jujur, yang jualannya laris habis dijajak oleh para pembeli
Tanpa sedikitpun beban
Kemerdekaan itu,
Adalah seperti petani yang sedang berbahagia memetik hasil taninya
Seperti para nelayan yang sedang menangkap ikan yang banyak di lauatan
Seperti para buruh yang upahnya sesuai dengan tetesan keringat yang mengalir ditubuhnya
Kemerdekaan itu,
Apabila tak ada lagi teriakan-teriakan disudut-sudut jalan oleh kupulan para demonstran
Apabila tak ada lagi aksi-aksi anarkis yang memakan korban
Kemerdekaan itu,
Apabila tak ada lagi tangan-tangan polos meminta-minta dipinggir jalan
Apabila tak ada lagi anak-anak kecil dibawah umur, yang tak berbaju dan berkaki telanjang
Kemerdekaan itu,
Apabila semua orang telah tertawa bahagia
Dan kembali percaya kepada bangsa
Kepada semua pemimpin-pemimpin negeri ini
Jika kau masih tak tahu tentang kemerdekaan itu,
Kesinilah, kuajari kau tentang kemerdekaan itu
Kukibarkan sang saka merah putih, lalu diterpa oleh angin dari semua sudut arah angin
Azhari Rauf.
Mamuju, Sulawesi Barat, 17 Agustus 2013.
Jumat, 16 Agustus 2013
~" 68 TAHUN SILAM "~
68 tahun silam,
Rakyat indonesia bersorak ria dan gembira diseluruh penjuru negeri
Saat para pejuang berhasil mengusir para penjajah bangsa
Sambil berteriak"merdeka, merdeka, merdeka", dan penjajah tak kembali lagi
Jiwa seluruh anak bangsa bersuka cita
68 tahun silam,
Saat para pejuang berhasil melumpuhkan musuh-musuh
Melawan mereka dengan senjata bambu runcing
Dengan pedang seadanya
Sementara muusuh-musuh bersenjata lengkap
68 tahun silam,
Adalah titipan pahlawan para pejuang
Dititpkan bangsa yang kaya ini dipundak-pundak pemimpin
Agar Indonesia tak lagi terjajah
Lalu ia pula menitipkan sejarah yang banyak menumpahkan darah dan air mata
68 tahun silam,
Kini menjadi sejarah panjang, putra-putri negeri
Menjadi amanah yang mesti teruslah digenggam
Menjadi pesan yang sangat berarti, dan mesti mengalir di nadi-nadi dan semangat generasi bangsa
68 tahun silam,
Adalah bukti
Bukti lahirnya Negara Kesatuan Kepublik Indonesia
Yang mesti dijaga oleh seluruh generasi bangsa
Dipelihara dan dicintai
Azhari Rauf.
Mamuju, Sulawesi Barat, 16 Agustus 2013.
Rakyat indonesia bersorak ria dan gembira diseluruh penjuru negeri
Saat para pejuang berhasil mengusir para penjajah bangsa
Sambil berteriak"merdeka, merdeka, merdeka", dan penjajah tak kembali lagi
Jiwa seluruh anak bangsa bersuka cita
68 tahun silam,
Saat para pejuang berhasil melumpuhkan musuh-musuh
Melawan mereka dengan senjata bambu runcing
Dengan pedang seadanya
Sementara muusuh-musuh bersenjata lengkap
68 tahun silam,
Adalah titipan pahlawan para pejuang
Dititpkan bangsa yang kaya ini dipundak-pundak pemimpin
Agar Indonesia tak lagi terjajah
Lalu ia pula menitipkan sejarah yang banyak menumpahkan darah dan air mata
68 tahun silam,
Kini menjadi sejarah panjang, putra-putri negeri
Menjadi amanah yang mesti teruslah digenggam
Menjadi pesan yang sangat berarti, dan mesti mengalir di nadi-nadi dan semangat generasi bangsa
68 tahun silam,
Adalah bukti
Bukti lahirnya Negara Kesatuan Kepublik Indonesia
Yang mesti dijaga oleh seluruh generasi bangsa
Dipelihara dan dicintai
Azhari Rauf.
Mamuju, Sulawesi Barat, 16 Agustus 2013.
~" KEMBALIKAN INDONESIAKU "~
Masihkah kau ingat tentang 17 Agustus 1945?
Momen bagi anak-anak bangsa yang bersorak ria gembira
Mereka berteriak merdeka, sambil mengusir musuh-musuh para penjajah
Bahkan, sebagian dari mereka di tewaskan oleh bambu runcing sebagai senjata paling menakutkan
Lalu kini, kita berdiri kembali menghadap sang saka merah putih
Bendera kebanggan, yang mengharumkan nama Indonesia
Merah putih lambang suci berani dari rahim ibu pertiwi, hasil perjuangan pahlawan negeri
17 agustus 2013,
68 tahun lamanya
Usianya-pun telah dewasa
Harusnya menjadi bangsa yang jaya
Menjadi negeri yang kaya raya
68 tahun lamanya,
Rakyatnya tak mesti miskin
Rakyatnya tak harus mati kelaparan
Tetapi, di usianya kini
Para pahlawan bangsa menangis di pemakaman mereka
Melihat keterpurukan bangsa yang terus melanda
Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi dimana-mana
Diskrimanasi dan ketidak-adilan, kekerasan terjadi disana sini
Usiamu kini, hanyalah seperti balon-balon yang pecah di udara
Tak memberi makna sejarah perjuangan para pahlawan
Tak memberi apa-apa
Kembalikan Indonesiaku
Kembalikan indonesiaku yang kaya raya ini
Kembalikan indonesiaku, agar rakyatnya sejahtera
seperti harapan para pahlawan bangsa
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju-Sulawesi Barat, 16 Agustus 2013.
Momen bagi anak-anak bangsa yang bersorak ria gembira
Mereka berteriak merdeka, sambil mengusir musuh-musuh para penjajah
Bahkan, sebagian dari mereka di tewaskan oleh bambu runcing sebagai senjata paling menakutkan
Lalu kini, kita berdiri kembali menghadap sang saka merah putih
Bendera kebanggan, yang mengharumkan nama Indonesia
Merah putih lambang suci berani dari rahim ibu pertiwi, hasil perjuangan pahlawan negeri
17 agustus 2013,
68 tahun lamanya
Usianya-pun telah dewasa
Harusnya menjadi bangsa yang jaya
Menjadi negeri yang kaya raya
68 tahun lamanya,
Rakyatnya tak mesti miskin
Rakyatnya tak harus mati kelaparan
Tetapi, di usianya kini
Para pahlawan bangsa menangis di pemakaman mereka
Melihat keterpurukan bangsa yang terus melanda
Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi dimana-mana
Diskrimanasi dan ketidak-adilan, kekerasan terjadi disana sini
Usiamu kini, hanyalah seperti balon-balon yang pecah di udara
Tak memberi makna sejarah perjuangan para pahlawan
Tak memberi apa-apa
Kembalikan Indonesiaku
Kembalikan indonesiaku yang kaya raya ini
Kembalikan indonesiaku, agar rakyatnya sejahtera
seperti harapan para pahlawan bangsa
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju-Sulawesi Barat, 16 Agustus 2013.
~" DEMI TANAH AIR "~
Berpuluh-puluh tahun yang lalu
Kucuran keringat bersama darah yang mengalir
Tertumpah dari raga-raga para pahlawan bangsaku
Semangat yang berkobar menghentak dari pelataran bumi hingga keangkasa tinggi
Sambil berteriak "merdeka, merdeka, merdeka"
Mereka tak pernah mundur selangkah pun
Menghadapi musuh-musuh penjajah negeri
Hanya demi namamu, tanah airku,
Tanah air putra-putri pertiwi
Demi tanah air, mereka tak gentar menghadapi musuh-musuh penjajah
Yang sengaja merampas hak-hak rakyatmu yang sengsara
Demi tanah air, mereka rela berkorban menyerahkan nyawa pada peluru-peluru musuh
Yang menjajah dan merampas kekayaan alam yang bergelimang di perut-perut bumi
Atas namamu, tanah air
Bambu runcing menjadi saksi
Tetesan darah yang mengalir menjadi bukti
Sejarahpun telah mencatat
Atas namamu, tanah air
Dari sabang sampai merauke
Hanya namamu, tanah air Negara Kesatuan republik Indonesia
Sungguh, hanya demi namamu, tanah air
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, 16 Agustus 2013.
Kucuran keringat bersama darah yang mengalir
Tertumpah dari raga-raga para pahlawan bangsaku
Semangat yang berkobar menghentak dari pelataran bumi hingga keangkasa tinggi
Sambil berteriak "merdeka, merdeka, merdeka"
Mereka tak pernah mundur selangkah pun
Menghadapi musuh-musuh penjajah negeri
Hanya demi namamu, tanah airku,
Tanah air putra-putri pertiwi
Demi tanah air, mereka tak gentar menghadapi musuh-musuh penjajah
Yang sengaja merampas hak-hak rakyatmu yang sengsara
Demi tanah air, mereka rela berkorban menyerahkan nyawa pada peluru-peluru musuh
Yang menjajah dan merampas kekayaan alam yang bergelimang di perut-perut bumi
Atas namamu, tanah air
Bambu runcing menjadi saksi
Tetesan darah yang mengalir menjadi bukti
Sejarahpun telah mencatat
Atas namamu, tanah air
Dari sabang sampai merauke
Hanya namamu, tanah air Negara Kesatuan republik Indonesia
Sungguh, hanya demi namamu, tanah air
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, 16 Agustus 2013.
Senin, 05 Agustus 2013
~" RAMADHAN, JANGANLAH KAU PERGI "~
Bergetar jiwa dan raga ini seketika
Merapuh dan melemah seluruh tulang-tulangku
Membayangkan saat senja datang dihari terakhir, lalu ramadhan segera beranjak pergi meninggalkan berjuta-juta kesempatan
Sudah mulai terasa di jiwa yang bergetar ini
Tapi, seolah aku tak sanggup
Keharuanpun mulai menyentak di relung kalbu, menyentuh nuraniku
Membayangkan semburat merah jingga bertahta di angkasa langit
Dimana, bulan Suci berkah melambaikan tangan dengan perlahan, lalu meninggalkan siang dan malam magfirah
Ramadhan, janganlah kau pergi
Meninggalkan jejak-jejak cahaya
Hingga membuat aku luruh dalam kesedihan tak terungkapkan
Aku merasa terkulai dalam sunyi mendekap palung kalbu
Ramadhan, janganlah kau pergi
Aku masih ingin bersamamu pada lembar demi lembar Tadarrus Al Qur’an yang kubaca setiap saat,
Bersama Puasanya jiwa dan ragaku
Bersama malam-malam penenang saat tarwih dan ibadah lail
Bersama takjubnya kehadiran Lailatul Qadar
Ramadhan, janganlah kau pergi
Lihatlah curahan airmata yang menitik perlahan
Janganlah kau pergi
Sungguh, janganlah kau pergi.
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Sulawesi Barat, Senin 5 Agustus 2013, 27 Ramadhan 1434 H.
Merapuh dan melemah seluruh tulang-tulangku
Membayangkan saat senja datang dihari terakhir, lalu ramadhan segera beranjak pergi meninggalkan berjuta-juta kesempatan
Sudah mulai terasa di jiwa yang bergetar ini
Tapi, seolah aku tak sanggup
Keharuanpun mulai menyentak di relung kalbu, menyentuh nuraniku
Membayangkan semburat merah jingga bertahta di angkasa langit
Dimana, bulan Suci berkah melambaikan tangan dengan perlahan, lalu meninggalkan siang dan malam magfirah
Ramadhan, janganlah kau pergi
Meninggalkan jejak-jejak cahaya
Hingga membuat aku luruh dalam kesedihan tak terungkapkan
Aku merasa terkulai dalam sunyi mendekap palung kalbu
Ramadhan, janganlah kau pergi
Aku masih ingin bersamamu pada lembar demi lembar Tadarrus Al Qur’an yang kubaca setiap saat,
Bersama Puasanya jiwa dan ragaku
Bersama malam-malam penenang saat tarwih dan ibadah lail
Bersama takjubnya kehadiran Lailatul Qadar
Ramadhan, janganlah kau pergi
Lihatlah curahan airmata yang menitik perlahan
Janganlah kau pergi
Sungguh, janganlah kau pergi.
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju, Sulawesi Barat, Senin 5 Agustus 2013, 27 Ramadhan 1434 H.
~" TENTANG MALAM LAILATUL QODAR "~
Pernahkah kau dengar tentang lalilatul Qodar?
Sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan
Ataukah, mungkin engkau pernah bertemu dengan lailatul Qodar?
Yang dijanjikan datang kepada mereka di bulan ramadhan
Lailatul Qodar
Malam Qodar
Malam kemuliaan
Tetapi, tahukah kau tentang malam kemuliaan itu?
Malam lailatul qodar
Jika datang membuat air jadi membeku
Menundukkan pohon-pohon disekitarmu
Malam yang penuh berkah, pembebas dari siksa neraka
Malam lailatul qodar
Inna anzalnahu filailatilqodri
Wama adraka ma lalilatul qodri
Lailatul Qodri khairun minalfisyahrin
Tanazzalul malaaikatu warruhu fiiha biiznirabbihim mingkulli amrin
Salamun hiya hataa matla'il fajri
Di malam itu tepat diturunkan Al-qur'an pada malam Qodar
Jika ia datang, akan menunjuk hamba yang putih hati
Jiwa yang bersih nan suci
Nurani dan akal yang terang bersama amaliah-amaliah berbau surgawi
Malam lailatul qodar
Malam impian bagi yang bertawakkal dan bersungguh-sungguh Mengharap ridho dan magfirah
Malam lailatul qodar
Malam mulia yang tak diketahui seberapa besar kemuliaannya
Yang tak mampu dijangkau akal nalar manusia
Malam dimana para malaikat turun ke bumi
Dengan membawa kedamaiaan dan ketenangan hati
Malam lalilatul qodar
Malam yang menjadi kesejahteraan sampai terbit fajar
Ashari Rauf
Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat 2 Agustus 2013.
Sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan
Ataukah, mungkin engkau pernah bertemu dengan lailatul Qodar?
Yang dijanjikan datang kepada mereka di bulan ramadhan
Lailatul Qodar
Malam Qodar
Malam kemuliaan
Tetapi, tahukah kau tentang malam kemuliaan itu?
Malam lailatul qodar
Jika datang membuat air jadi membeku
Menundukkan pohon-pohon disekitarmu
Malam yang penuh berkah, pembebas dari siksa neraka
Malam lailatul qodar
Inna anzalnahu filailatilqodri
Wama adraka ma lalilatul qodri
Lailatul Qodri khairun minalfisyahrin
Tanazzalul malaaikatu warruhu fiiha biiznirabbihim mingkulli amrin
Salamun hiya hataa matla'il fajri
Di malam itu tepat diturunkan Al-qur'an pada malam Qodar
Jika ia datang, akan menunjuk hamba yang putih hati
Jiwa yang bersih nan suci
Nurani dan akal yang terang bersama amaliah-amaliah berbau surgawi
Malam lailatul qodar
Malam impian bagi yang bertawakkal dan bersungguh-sungguh Mengharap ridho dan magfirah
Malam lailatul qodar
Malam mulia yang tak diketahui seberapa besar kemuliaannya
Yang tak mampu dijangkau akal nalar manusia
Malam dimana para malaikat turun ke bumi
Dengan membawa kedamaiaan dan ketenangan hati
Malam lalilatul qodar
Malam yang menjadi kesejahteraan sampai terbit fajar
Ashari Rauf
Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat 2 Agustus 2013.
Kamis, 01 Agustus 2013
~" SENYUMAN MANIS "~
Senyuman yang begitu manis
Ku lihat dari sudut wajah dan aura yang manis
Menggetarkan jiwa, Hingga membuat aku menulis
Menulis bait-bait syair tentang senyuman manis
Senyuman manis, membuatku kaku
Tak pilu, tapi aku malah malu
Dilihatnya nanti, jika kupandang melulu
Hingga membuat aku ragu dan sungguh malu-malu
Senyuman manis,
Ohh Si pemilik senyuman manis
Karena senyuman manis itu,
Membuat tiap bait tercipta dengan tanda yang jitu
Ditulis dengan pena cahaya yang kemilau
Bertintakan senyum, yang sangat memukau
Karena senyuman manis, jemariku bergetar begitu saja
Hingga jiwa dan relung terus bertanya-tanya
Siapakah pemilik senyum manisnya?
Semoga bukan punya siapa-siapa
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju-Sulawesi Barat, 30 Juli 2013.
Ku lihat dari sudut wajah dan aura yang manis
Menggetarkan jiwa, Hingga membuat aku menulis
Menulis bait-bait syair tentang senyuman manis
Senyuman manis, membuatku kaku
Tak pilu, tapi aku malah malu
Dilihatnya nanti, jika kupandang melulu
Hingga membuat aku ragu dan sungguh malu-malu
Senyuman manis,
Ohh Si pemilik senyuman manis
Karena senyuman manis itu,
Membuat tiap bait tercipta dengan tanda yang jitu
Ditulis dengan pena cahaya yang kemilau
Bertintakan senyum, yang sangat memukau
Karena senyuman manis, jemariku bergetar begitu saja
Hingga jiwa dan relung terus bertanya-tanya
Siapakah pemilik senyum manisnya?
Semoga bukan punya siapa-siapa
Azhari Belajar Nulis Puisi
Mamuju-Sulawesi Barat, 30 Juli 2013.
Langganan:
Postingan (Atom)