Aku yang berjalan di lorong-lorong kehidupan
Aku yang belajar menapaki kehidupan
Aku yang berjuang dalam perjalanan waktuku
Aku yang berfikir tentang arah imajinasiku
Aku sadar hidupku untuk matiku
Kesenanganku untuk matiku
Tentu senyum dan tawakupun juga untuk matiku
Bahkan pengabdianku untuk matiku
Jejak hidup arungi permadani langkahku
Terjal seakan hambat perjalanan panjangku di alam fanamu
Namun sadar seakan tak saingi amarah ambisi kehidupanku
Junjung dunia yang hanya bersifat sementara
Saat ini aku tak mampu terlalu puitis
Karena aku sadar bahwa suatu saat aku, kamu, kita akan dipanggil
Harapan abadi dalam hidup takkan benarkan intuisi kemunafikan
Meski alam fana menertawakan kita dengan panjangnya
Tonggak catur neraka telah menunggu
Kitapun melewati cakrawala gersang alam lain
Disana sunyi dan teriakan bisingkan telinga
Di saat cambuk-cambuk api melayang ke tubuh
Mampukah kita lewati terjal nan abadi itu?
Mungkinkah kita tahu pintu-pintu kemuliaan hidup?
Kulai bahkan koyak-koyak tubuh jika kita berada disana
Di tempat yang paling mengerikan dan menakutkan
Tuhaaan...
Aku sadar dan akui...
Aku menyesal...
Aku tobat...
Dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi....
Ku helai nafas panjang dan berteriak
Inilah aku tuhan…
Kupersembahkan diriku, umurku, rezekiku dan ibadahku untuk matiku..
Aku tahu, bahwa segalanya hanya untuk matiku
Azhari Belajar Nulis Puisi
Jumat, 23 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar