Pamali atau pimali
(bahasa Mamuju) atau mungkin pantangan adalah hal-hal yang sering kita
dengar dari orang tua kita. pantangan itu tentunya berawal dari
banyaknya kasus yang terjadi karena melanggar pantangan tersebut, meski
segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak tuhan. percaya atau
tidak, mari kita mengulas hal ini untuk kita semua.
Bagaimana
anda memandang pamali? Itu Mungkin akan menjadi pertanyaan juga bagi
kita, yang masih kurang percaya, atau ingin melihat prespektif
masing-masing mengenai Pimali itu sendiri.
Pamali merupakan
istilah bahasa pasundan untuk menggambarkan berbagai norma tradisi
local. kalau norma tersebut dilanggar maka akan timbul akibat tertentu.
apakah anda pernah melanggar pamali dan merasakan akibatnya?.
Salah seorang masyarakat mamuju Atas nama Bahri menguraikan komentarnya
tentang pamali ini. meskipun dengan setengah percaya namun dirinya
mengaku istilah pamali tersebut memang ada. bahkan dampak yang
ditimbulkan jika melanggar pantangannya juga pernah ia saksikan. Bahri
mencontohkan, salah satu pamali dalam suku mamuju yakni dengan istilah
"Kapunangan". jika seseorang disuguhkan makanan ataupun minuman maka
orang tersebut harus mencicipinya. jika tidak, maka akibatnya akan
fatal. ia juga menambahkan tradisi ini memang sudah diajarkan dalam
keluarga besarnya secara turun temurun dan akan terus di lestarikan
kepada anak-anaknya. Meskipun telah mentradisi dalam fakirnya tentang
pamali ini, akan tetapi dirinya juga akan tetap menyaring pamali apa
saja yang logis dan tidak logis untuk dipercaya.
“Saya sebagai
orang mamuju menganggap bahwa pimali itu bisa dipercaya, karena hal itu
pernah terjadi. Contoh pimali yang saya yakini kebenarannya adalah
pimali seperti kapunangang. Pimali ini saya juga yakini tidak bisa
dilanggar, seperti kalau diberikan minuman atau makanan lalu tidak
diminum dan dimakan, maka biasa fatal akibatnya”, ungkap Bahri
Dalam tradisi filsafat positif, pimali dianggap tidak rasional karena
pamali mengandung pernyataan-pernyataan yang tidak logis. di satu sisi
pamali dipandang sebagai kearifan lokal yang sebenarnya mengandung
rasionalitas tersendiri, yang terkait dengan etika. tak dapat dipungkiri
di tanah air indonesia, kepercayaan rakyat yang di mitoskan atau tak
bisa dibuktikan kebenarannya tumbuh subur. Hal itu juga terbukti dari
kalangan yang tak mengecap pendidikan formal hingga orang pintar.
umumnya mereka sangat berusaha menghindari karena takut “kualat” atau
tertimpa kesialan bila melanggar. Maryanti seorang warga mamuju salah
satu contohnya. ia mengaku percaya bahwa pamali itu ada dan tidak mau
membantah jika pantangan tersebut disampaikan oleh orang tuanya.
“Yah saya juga meyakini bahwa pimali itu ada. Apa lagi orang tua yang
bilang maka saya tidak mau melanggar karena biasanya apa yang dilarang
oleh orang tua lalu dilanggar maka akan terjadi hal yang tidak di
inginkan”, ucap Maryati, juga salah seorang warga Mamuju
Pimali
memang memiliki pandangan dan arti, karena setiap pimali dalam
masyarakat beserta artinya bisa berbeda antara daerah yang satu dengan
yang lain. namun selalu saja ada cerita mistis yang mengiringi pamali
tersebut. hal yang tidak masuk akal ini terkadang juga masih dipercaya
oleh masyarakat dengan background pendidikan. walaupun tidak ada resiko
yang tertulis dalam ramalan nasib jika kita melakukan hal yang melanggar
pamali, namun pamali tetap menjadi sebuah budaya yang terus
dilestarikan.
Mungkin keyakinan dan kepercayaan masyarakat
indonesia terhadap pamali, khususnya yang hidup di pedesaan masih sangat
kuat. Budayawan mamuju Ince Rahman menjelaskan pamali memang sudah ada
sejak dahulu kala, sebuah pantangan yang tidak bisa dilanggar dalam
budaya mamuju sendiri juga mengenal istilah ini. salah satu contoh
pamali yang dikenal luas oleh masyarakat setempat ialah "Kapunangan".
sama seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, peristiwa yang
dipercaya disebabkan oleh pantangan yang dilanggar, pun sudah banyak
terjadi. untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat agar lebih
berhati-hati terhadap pamali.
Dari sekian banyak pamali yang
ada di masyarakat, memang ada beberapa arti yang secara nyata benar
adanya, seperti tidak boleh menyiksa anak adik atau saudara perempuan,
karena kelak jika dia sudah menikah akan selalu disakiti dan disiksa
oleh suaminya. Hal ini mungkin bisa menjadi sebuah rambu untuk kita
semua, agar tidak memandang remeh atau lemah seorang wanita. namun ada
banyak sekali cerita pimali yang sebenarnya jika dipikir secara logika
sangat tidak masuk akal. hal ini digambarkan oleh Halimah salah seorang
pakar ilmiah yang kebetulan juga merupakan dosen di salah satu perguruan
tinggi di mamuju. Menurutnya, jika dikaji secara ilmiah istilah pimali
sebenarnya tidak ada, karena tidak bisa dibuktikan dengan data dan
fakta. kalaupun benar terjadi itu merupakan takdir, sebab tidak semua
yang melanggar pamali mendapat ganjarannya.
“Yang jelas
tinjauan pimali dalam ilmu almiah dasar itu tidak ada, Karena tidak
dapat dibuktikan dengan kajian data dan fakta. kalau toh adanya orang
disuguhkan makanan kemudian ia tak mencicipi terus celaka, berarti itu
adalah takdirnya”, tegas Halimah
Lalu bagaimana islam memandang tradisi pimali ini?
Dalam kamus bahasa arab yang pernah Penulis baca, kata pamali disebut
juga thiyaroh, atau sama dengan kesialan. adapun secara istilah thiyaroh
adalah menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang dilihat atau yang di
dengar dan diketahui. Salah seorang ustad di mamuju Namru Asdar
menyatakan pamali yang hidup di masyarakat saat ini sebenarnya di dalam
islam tidak ada karena keyakinan itu timbul dari masyarakat itu sendiri.
Oleh karenanya, ia menghimbau kepada masyarakat agar tidak meyakini
hal-hal seperti itu, karena yang memberikan bahaya hanyalah ALLAH SWT,
bukan karena melanggar pamali yang telah disebutkan tadi.
Terkait
musibah yang menimpa seseorang yang melanggar pamali, ia menjelaskan hal
itu bersumber dari apa yang diyakini, karena ALLAH SWT akan memberikan
sesuatu berdasarkan apa yang diyakininya.
Sebagian mungkin
sadar dan tidak sadar kita lakukan. karena kebetulan memang
pantangan-pantangan tersebut sifatnya baik. namun sebagian lagi ada juga
yang merasa “Takut” pada ancaman yang mengikuti pamali-pamali ini.
secara logika memang tidak ada pembuktian yang pasti mengenai hal-hal
yang disebut pamali itu, tapi kalau kita fikir secara logis maka semua
hal yang disebut pimali sebenarnya bertujuan baik, yaitu agar tingkah
laku kita menjadi lebih baik.
Terlepas dari kita percaya atau
tidak pada hal-hal yang berbau mistis dibalik larangan-larangan atau
pantangan-pantangan tersebut, sebaiknya kita tetap percaya bahwa tuhan
itu baik dan tuhan itu ada, dan bahwa yang terjadi di atas bumi ini
adalah atas kehendaknya, dan kita hanya diminta berbuat yang baik-baik,
termasuk sebagian yang disebut "Pimali" atau Pantangan Yang dimaksud.
Semoga bermanfaat....
Azhari Rauf Sang Motivator
Rabu, 14 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar