Rabu, 14 Maret 2012

"PIMALI" DITENGAH-TENGAH MASYARAKAT MAMUJU

Pamali atau pimali (bahasa Mamuju) atau mungkin pantangan adalah hal-hal yang sering kita dengar dari orang tua kita. pantangan itu tentunya berawal dari banyaknya kasus yang terjadi karena melanggar pantangan tersebut, meski segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak tuhan. percaya atau tidak, mari kita mengulas hal ini untuk kita semua.
Bagaimana anda memandang pamali? Itu Mungkin akan menjadi pertanyaan juga bagi kita, yang masih kurang percaya, atau ingin melihat prespektif masing-masing mengenai Pimali itu sendiri.

Pamali merupakan istilah bahasa pasundan untuk menggambarkan berbagai norma tradisi local. kalau norma tersebut dilanggar maka akan timbul akibat tertentu. apakah anda pernah melanggar pamali dan merasakan akibatnya?.



Salah seorang masyarakat mamuju Atas nama Bahri menguraikan komentarnya tentang pamali ini. meskipun dengan setengah percaya namun dirinya mengaku istilah pamali tersebut memang ada. bahkan dampak yang ditimbulkan jika melanggar pantangannya juga pernah ia saksikan. Bahri mencontohkan, salah satu pamali dalam suku mamuju yakni dengan istilah "Kapunangan". jika seseorang disuguhkan makanan ataupun minuman maka orang tersebut harus mencicipinya. jika tidak, maka akibatnya akan fatal. ia juga menambahkan tradisi ini memang sudah diajarkan dalam keluarga besarnya secara turun temurun dan akan terus di lestarikan kepada anak-anaknya. Meskipun telah mentradisi dalam fakirnya tentang pamali ini, akan tetapi dirinya juga akan tetap menyaring pamali apa saja yang logis dan tidak logis untuk dipercaya.

“Saya sebagai orang mamuju menganggap bahwa pimali itu bisa dipercaya, karena hal itu pernah terjadi. Contoh pimali yang saya yakini kebenarannya adalah pimali seperti kapunangang. Pimali ini saya juga yakini tidak bisa dilanggar, seperti kalau diberikan minuman atau makanan lalu tidak diminum dan dimakan, maka biasa fatal akibatnya”, ungkap Bahri

Dalam tradisi filsafat positif, pimali dianggap tidak rasional karena pamali mengandung pernyataan-pernyataan yang tidak logis. di satu sisi pamali dipandang sebagai kearifan lokal yang sebenarnya mengandung rasionalitas tersendiri, yang terkait dengan etika. tak dapat dipungkiri di tanah air indonesia, kepercayaan rakyat yang di mitoskan atau tak bisa dibuktikan kebenarannya tumbuh subur. Hal itu juga terbukti dari kalangan yang tak mengecap pendidikan formal hingga orang pintar. umumnya mereka sangat berusaha menghindari karena takut “kualat” atau tertimpa kesialan bila melanggar. Maryanti seorang warga mamuju salah satu contohnya. ia mengaku percaya bahwa pamali itu ada dan tidak mau membantah jika pantangan tersebut disampaikan oleh orang tuanya.

“Yah saya juga meyakini bahwa pimali itu ada. Apa lagi orang tua yang bilang maka saya tidak mau melanggar karena biasanya apa yang dilarang oleh orang tua lalu dilanggar maka akan terjadi hal yang tidak di inginkan”, ucap Maryati, juga salah seorang warga Mamuju

Pimali memang memiliki pandangan dan arti, karena setiap pimali dalam masyarakat beserta artinya bisa berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. namun selalu saja ada cerita mistis yang mengiringi pamali tersebut. hal yang tidak masuk akal ini terkadang juga masih dipercaya oleh masyarakat dengan background pendidikan. walaupun tidak ada resiko yang tertulis dalam ramalan nasib jika kita melakukan hal yang melanggar pamali, namun pamali tetap menjadi sebuah budaya yang terus dilestarikan.

Mungkin keyakinan dan kepercayaan masyarakat indonesia terhadap pamali, khususnya yang hidup di pedesaan masih sangat kuat. Budayawan mamuju Ince Rahman menjelaskan pamali memang sudah ada sejak dahulu kala, sebuah pantangan yang tidak bisa dilanggar dalam budaya mamuju sendiri juga mengenal istilah ini. salah satu contoh pamali yang dikenal luas oleh masyarakat setempat ialah "Kapunangan". sama seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, peristiwa yang dipercaya disebabkan oleh pantangan yang dilanggar, pun sudah banyak terjadi. untuk itu, ia menghimbau kepada masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap pamali.

Dari sekian banyak pamali yang ada di masyarakat, memang ada beberapa arti yang secara nyata benar adanya, seperti tidak boleh menyiksa anak adik atau saudara perempuan, karena kelak jika dia sudah menikah akan selalu disakiti dan disiksa oleh suaminya. Hal ini mungkin bisa menjadi sebuah rambu untuk kita semua, agar tidak memandang remeh atau lemah seorang wanita. namun ada banyak sekali cerita pimali yang sebenarnya jika dipikir secara logika sangat tidak masuk akal. hal ini digambarkan oleh Halimah salah seorang pakar ilmiah yang kebetulan juga merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi di mamuju. Menurutnya, jika dikaji secara ilmiah istilah pimali sebenarnya tidak ada, karena tidak bisa dibuktikan dengan data dan fakta. kalaupun benar terjadi itu merupakan takdir, sebab tidak semua yang melanggar pamali mendapat ganjarannya.

“Yang jelas tinjauan pimali dalam ilmu almiah dasar itu tidak ada, Karena tidak dapat dibuktikan dengan kajian data dan fakta. kalau toh adanya orang disuguhkan makanan kemudian ia tak mencicipi terus celaka, berarti itu adalah takdirnya”, tegas Halimah

Lalu bagaimana islam memandang tradisi pimali ini?

Dalam kamus bahasa arab yang pernah Penulis baca, kata pamali disebut juga thiyaroh, atau sama dengan kesialan. adapun secara istilah thiyaroh adalah menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang dilihat atau yang di dengar dan diketahui. Salah seorang ustad di mamuju Namru Asdar menyatakan pamali yang hidup di masyarakat saat ini sebenarnya di dalam islam tidak ada karena keyakinan itu timbul dari masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya, ia menghimbau kepada masyarakat agar tidak meyakini hal-hal seperti itu, karena yang memberikan bahaya hanyalah ALLAH SWT, bukan karena melanggar pamali yang telah disebutkan tadi.
Terkait musibah yang menimpa seseorang yang melanggar pamali, ia menjelaskan hal itu bersumber dari apa yang diyakini, karena ALLAH SWT akan memberikan sesuatu berdasarkan apa yang diyakininya.

Sebagian mungkin sadar dan tidak sadar kita lakukan. karena kebetulan memang pantangan-pantangan tersebut sifatnya baik. namun sebagian lagi ada juga yang merasa “Takut” pada ancaman yang mengikuti pamali-pamali ini. secara logika memang tidak ada pembuktian yang pasti mengenai hal-hal yang disebut pamali itu, tapi kalau kita fikir secara logis maka semua hal yang disebut pimali sebenarnya bertujuan baik, yaitu agar tingkah laku kita menjadi lebih baik.

Terlepas dari kita percaya atau tidak pada hal-hal yang berbau mistis dibalik larangan-larangan atau pantangan-pantangan tersebut, sebaiknya kita tetap percaya bahwa tuhan itu baik dan tuhan itu ada, dan bahwa yang terjadi di atas bumi ini adalah atas kehendaknya, dan kita hanya diminta berbuat yang baik-baik, termasuk sebagian yang disebut "Pimali" atau Pantangan Yang dimaksud.

Semoga bermanfaat....

Azhari Rauf Sang Motivator

0 komentar:

Posting Komentar